Home » Lipu Papalan » Banggai Kepulauan » Miris, Akibat APBD Macet Gaji Tak Terbayarkan, Anak Kepsek SDN Olusi Meninggal Dunia Karena Tak Punya Biaya Berobat
pasang-iklan-atas

Miris, Akibat APBD Macet Gaji Tak Terbayarkan, Anak Kepsek SDN Olusi Meninggal Dunia Karena Tak Punya Biaya Berobat

Pembaca : 4
20210505_015031

ALAIMBELONG.ID – Salakan. Kisruh macetnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Banggai Kepulauan (BanggaiKep) tahun Anggaran 2021 yang sampai hari ini belum juga berjalan sepertinya telah memberikan dampak yang sangat memprihatikan bagi kehidupan masyarakat, khususnya kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) akibat belum terbayarkannya tunjangan sertifikasi dan gaji mereka selama empat bulan.

Dampak fatal dari tidak terbayarkannya tunjangan sertifikasi dan gaji akibat ketidakbecusan Pemerintah Daerah (Pemda) BanggaiKep dalam menyelesaikan kisruh APBD 2021 bukan hanya membuat para ASN dan honorer kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya terutama menjelang idul fitri tetapi juga telah menyebabkan kematian warga akibat tidak punya uang untuk biaya pengobatan sanak keluarganya ke rumah sakit.

Kondisi memprihatinkan dan miris ini dialami seorang ASN, Masrun Idris Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Olusi Kecamatan Buko Kabupaten BanggaiKep, yang harus menanggung duka karena putrinya Sri Lolista Idris (30) yang sakit dan sempat dirawat di Puskesmas Tataba meninggal dunia akibat tak punya biaya berobat lanjut.

“Iya pak anak saya tuh sakitnya sudah komplikasi, sempat torang bawa ke Puskesmas Tataba, dan atas kebijaksanaan dokter disana bisa diberikan perawatan karena karena saya bicara sama dokter minta kebijaksanaan biaya perawatannya saya utang dulu, nanti so di bayar tunjangan sertifikasi dan gaji dalam waktu dekat ini baru saya bayar,”ungkap Kepsek Masrun Idris saat diwawancarai Alaimbelong.id, Selasa (4/5/2021) malam melalui saluran telpon.

Lebih lanjut Kepsek SDN Olusi itu menjelaskan,  anaknya Sri Lolista Idris sempat dibawa pulang ke rumah namun karena penyakitnya kembali kambuh, maka meskipun dengan beban perasaan karena masih berhutang di Puskesmas dirinya kembali mengantar anaknya tersebut ke Puskesmas Tataba, dan oleh dokter setempat diajurkan untuk segera dirawat lebih lanjut (rujuk-red) ke RSUD Luwuk.

“Sempat pulang ke rumah, tapi karena dia ampal lagi, biar so perasaan karena biaya berobat yang sebelumnya masih tahutang, tapi    saya bawa lagi ke Puskesmas Tataba, oleh dokter disana disarankan untuk di rujuk ke Rumah Sakit Luwuk, dorang so siap kase surat rujukan, cuman karena tidak ada uang sama sekali, mo tunggu-tunggu ini sertifikasi dan gaji  mo keluar, supaya mo rujuk berobat ke Luwuk tapi belum sempat sudah meninggal,”urainya.

Masrun juga sempat menanyakan kepada teman-teman gurunya di Kecamatan Buko kapan tunjangan sertifikasi dan gaji ASN (guru-red) di bayarkan agar dirinya segera dapat membawa putrinya berobat lanjut ke RSUD Luwuk sesuai anjuran dokter.

“Saya sempat tanya ke teman-teman guru, kapan ini tunjangan sertifikasi dan gaji di terima, supaya saya mo bawa saya pe anak ini berobat rujuk ke Luwuk, tapi sampe sekarang tidak ada, padahal so suak saya pe anak itu ko infus so tidak masuk, akhirnya tadi jam 5 sore meninggal dunia,”pungkasnya. (RB)

Berita Terkait