Oleh : Sari Labuna
Sampai kapan pandemi akan berakhir.? Pandemi Covid 19 menurut para ahli epidemiologi akan menjadi endemi, itu berarti penyakit ini tidak akan berakhir. Covid 19 adalah jenis penyakit baru di kalangan masyarakat di Dunia yang mengenai seseorang dengan berbagai macam gejala dan bahkan dibeberapa kasus tidak ada gejalanya, penyebabnya yaitu Corona Virus.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh semua negara dibawah komando WHO (World Health Organisation) untuk mencegah penularan virus ini, hingga mencapai pada upaya penemuan vaksin Covid 19. Di Indonesia pula upaya vaksinasi juga telah dilakukan oleh pemerintah, kerja keras dan segenap upaya penanggulangan penyakit ini perlu diapresiasi. Berbagai bantuan juga disalurkan oleh pemerintah di masa pandemi, namun disisi lain nampak adanya ketidakmerataan bantuan yang disalurkan bahkan ada yang salah sasaran. Pemantauan pemberian bantuan ini juga perlu dievaluasi baik di pihak dinas sosial selaku lembaga pelaksana di seluruh daerah di Indonesia, maupun di tubuh dinas kesehatan sendiri juga perlu dievaluasi agar tidak ada lagi keluhan tenaga kesehatan yang tidak dibayarkan tunjangannya bahkan gaji pokoknya tertunda.
Terlepas dari penyakit ini, ada realitas yang sangat mengganjal dan janggal di pandangan kita hari-hari ini, khususnya proses belajar mengajar di dunia pendidikan kita yang tidak dimaksimalkan oleh pemerintah. Sampai kapan sekolah akan ditutup dengan alasan pandemi,? sementara tempat hiburan, pasar, pusat perbelanjaan seperti mall dan supermarket/minimarket, tempat wisata, dan tempat kerumunan lainnya telah diizinkan beroperasi? Apakah kemudian urusan isi kepala anak bangsa kalah penting dengan perputaran ekonomi ? Bukankah kita juga butuh generasi yang cerdas untuk kemajuan negara di masa depan ? Apakah ini bagian dari sistematika pembodohan yang di rencanakan berkelanjutan?
Mari kita sama-sama telaah, apakah pembelajaran online saat ini efektif dan efisien? Di wilayah perkotaan bisa jadi hampir efektif karena ketersediaan jaringan yang memadai, lalu bagaimana di wilayah pedesaan yang minim jaringan. Benar bahwa Corona juga membuat kita terbuka dengan dunia digital yang semakin maju. Namun jika tugas yang diberikan oleh guru sebagian besar hari ini dikerjakan oleh orang tua anak didik, bagaimana anaknya akan bertambah cerdas? Tidak semuanya seperti ini, tetapi sebagian besar.
Menurut hemat saya, sistem pendidikan juga harus diberlakukan secara normal dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan memanfaatkan sistem digital, sehingga tenaga pendidik juga dapat berinovasi untuk menjaga keamanan peserta didik. Karena jika terus mempertahankan sekolah online niscaya hal tersebut sangat tidak kondusif di tempat yang minim jaringan dan tak berjaringan, yang ada hanya lebih membuat anak santai dan lupa akan pelajarannya. Uang kuliah (BPP/UKT) juga seharusnya tidak pada harga normal tetapi berkurang karena perkuliahan/sekolah berlangsung online, dan fasilitas kampus/sekolah tidak sepenuhnya digunakan jadi uang listrik, air, atau akomodasi lainnya tak tergunakan. Harapan kami tentunya dunia pendidikan di Indonesia lebih baik ke depannya di bawah pengawasan menteri pendidikan Nadiem Makarim bukannya makin terpuruk. “Kita semua belajar dari pandemi”.
Penulis adalah Aktivis Perempuan Banggai Kepulauan kini tinggal di kota Makassar