Home » Rubrik » Opini » EDITORIAL : Manuver Politik Tukar Tambah, Menalar Konsistensi Basoka Solit Dalam Merealisasikan Komitmennya
pasang-iklan-atas

EDITORIAL : Manuver Politik Tukar Tambah, Menalar Konsistensi Basoka Solit Dalam Merealisasikan Komitmennya

Pembaca : 27
Cap Alaimbelong 2

Sudah dapat dipastikan Pasangan Calon Nomor Urut 04 Sofyan Kaepa – Ablit Hi. Ilyas (Basoka Solit) adalah Pemenang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Banggai Laut (Balut) tahun 2020, bila merujuk pada real count KPU yang ditayangkan dalam situs resminya.

Kemenangan Basoka Solit ini tentu membawa serta harapan baru akan adanya perubahan dalam sistem dan tata kelola pemerintahan, bukan hanya dari para simpatisan dan tim suksesnya tetapi juga dari seluruh masyarakat Banggai Laut.

Janji dan komitmen politik selama kampanye dinantikan realisasinya, baik yang tertuang secara tertulis dalam wujud uraian visi-misi maupun komitmen-komitmen politik yang bersifat lisan.

Dalam kesempatan ini redaksi ALAIMBELONG.ID coba mengurai tujuh program unggulan Basoka Solit yang tertuang dalam visi-misinya serta menalar sejauhmana kemungkinan-kemungkinan Basoka Solit merealisasikan komitmen politiknya secara konsisten. Berikut uraian analisisnya.

Tujuh Program unggulan Basoka Solit, ketika menjadi Bupati dan wakil Bupati Banggai Laut (Balut) Tahun 2020-2024 adalah sebagai berikut :

1). Satu Miliar Satu Kelurahan; 2). Gratis Ambulance Laut; 3). Gaji Bupati akan Disumbangkan untuk Kemajuan UMKM dan Anak Yatim Piatu; 4). Optimalisaai Pengelolaan Hasil Perikanan dan Pertanian; 5). Pemberian Modal Usaha dan Pelatihan Enterpreneurship bagi Pemuda; 6). Memberi Dana Stimulus bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah disetiap Kecamatan; dan 7). Peningkatan Kesejahteraan Guru Non Sertifikasi Melalui TPP Daerah.

Ketujuh program tersebut diclaim oleh Paslon dan para Tim Kampanyenya mampu mensejahterakan masyarakat Balut, namun kita harus realistis bahwa Basoka Solit menghadapi tantangan yang begitu besar sehingga kemungkinan tidak mudah untuk merealisasikan janji janji politiknya.

Pertama, Kepemimpinan Basoka Solit yang diperoleh dari kemenangannya pada Pilkada ini di klaim sebagai antitesa dari kepemimpinan sebelumnya. Sehingga ekspektasi masyarakat terutama pendukung dan simpatisanya begitu tinggi menaruh harapan kepada mereka berdua (Sofyan dan Ablit-red).

Kedua, Basoka Solit harus mampu memulihkan citra buruk Balut pasca penetapan Bupati Wenny Bukamo sebagai tersangka dalam giat Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sempat menjadi trending topic di media sosial dan media massa.

Ketiga, dengan berlakunya ketentuan bahwa Bupati yang terpilih pada Pilkada serentak tahun 2020 hanya punya masa periode kepemimpin selama 3 tahun, apalagi jika dihitung masa pelantikan dimana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2021 sudah dalam tahapan pembahasan, itu berarti visi-misinya hanya bisa dilaksanakan efektif 2 tahun terhitung pada Tahun Anggaran 2022 s/d 2024 dan menjadi tantangan bagi Basoka Solit untuk merumuskan strategi agar ketujuh program ungulanya dapat terwujud.

Belum lagi mereka harus dipusingkan dengan bagaimana mengakomodir kepentingan Tim dan Partai pendukungnya.

Ini tentu tantangan bagi Basoka Solit untuk membuktikan janji-janjinya kepada masyarakat Balut, Sofyan – Ablit harus mampu menjadi pembeda yang lebih berkualitas dan produktif dengan Bupati sebelumnya dalam hal program kerja. Jika tidak maka bukan hal yang mustahil di periode kedepan dia akan ditinggalkan oleh pendukungnya.

Di parlemen tantangan Sofyan Kaepa sebagai Bupati tentu tidak akan sulit, meskipun ia bukan kader partai pengusung atau jumlah kursi partai pengusungnya yang sangat kecil, mengigat latar belakangnya sebagai seorang politisi handal, apalagi dia masih punya waktu yang cukup untuk membangun kualisi dengan partai partai lain.

Keyakinan ini cukup beralasan jika berkaca pada mental dan gaya para Anggota Legislatif (Aleg) di DPRD Balut selama ini yang tidak memiliki nyali untuk membangun oposisi. Hal ini telah terbukti bagaimana Wenny Bukamo di awal Pemerintahannya telah sukses membuat partai oposisi tak bergeming dan bertekuk lutut.

Tetapi disisi yang lain, melihat gaya flamboyan Sofyan Kaepa sebagai seorang politisi dan limitasi waktu masa jabatan yang begitu pendek (3 tahun-red), sepertinya sulit bagi Sofyan untuk tidak mengambil langkah-langkah taktis politik akomodasi (kompromi) untuk sekedar mengobati kecemasan akan potensi kegagalannya dalam merealisasikan visi-misinya di tengah kejaran waktu yang pendek.

Artinya, tidak menutup kemungkinan agar program dalam visi-misinya tersebut segera terkoneksi dalam APBD tahun 2021, maka Sofyan akan membangun atau bahkan menerima bargaining dan manuver politik dari pihak yang dianggapnya memiliki peran sentral dan strategis dalam pembahasan dan pengesahan RAPBD tahun 2021 baik itu di legislatif maupun di eksekutif.

Sebab kita tahu bersama bahwa draf RAPBD tahun 2021 yang sekarang akan dibahasa dan disahkan oleh DPRD telah ada sebelum voting day, artinya draft itu masih merupakan rumusan lanjutan dari program Bupati Wenny Bukamo, karenanya bila Sofyan ingin programnya sudah masuk dalam APBD 2021 maka perlu diadaptasi dengan sejumlah kompromi-kompromi.

Kondisi ini menunjukan ada ruang-ruang kosong yang bisa saling mengisi dalam bentuk tukar tambah posisi. Dari pantauan Alaimbelong berdasarkan sumber yang terpercaya menyebutkan bahwa ada manuver yang berhujung dugaan pertemuan antara Sofyan Kaepa sebagai Bupati terpilih dengan Pejabat Sekretaris Daerah (Pj.Sekda) Idhamsyah Tompo sebagai Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TPAD) Banggai Laut dua hari pasca voting day.

Disinilah kemungkinan dua kutub kecemasan itu saling bertemu dan bertukartambah, disatu kutub manuver politik Pj. Sekda Idhamsyah Tompo yang mencemaskan posisinya dibirokrasi, serta dikutub lain Sofyan Kaepa yang cemas dengan masa jabatannya (waktu-red) yang pendek.

Sofyan adalah seorang politisi handal, yang didalam kamus mereka (politisi-red) ruang dan waktu bahkan nilai-nilai moral dalam politik itu bersifat relatif. Sukses kepemimpinan politik bukan pada proses (input) melainkan pada tujuan akhir (output). Diktum tidak ada kawan sejati dan musuh abadi, yang ada hanya kepentingan, bukanlah sekedar slogan tapi merupakan prinsip politik kekuasaan bagi mereka yang mengklaim diri sebagai politisi murni.

Sementara Idhamsyah Tompo adalah seorang birokrasi bermental politisi, ia pandai memainkan ritme dan membangun trust pada atasanya (Bupati-red), ditambah lagi kepiawaiannya dalam hal politik anggaran. Terbukti sudah ia menjadi pilihan sebagai desainer keuangan daerah selama kepemimpinan Wenny Bukamo, bahkan tercatat pernah menduduki tiga jabatan sekaligus, yaitu sebagai Pj. Sekda, Kepala BPKAD dan Kabag Ekonomi Pembangunan.

Ulasan atas sorotan mata Alaimbelong ini, tentu akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi logis yang suka tidak suka harus diterima oleh para tim sukses dan simpatisan Basoka Solit. Bila manuver Pj. Sekda Idhamsyah bersambut kompromi dari Bupati Sofyan Kaepa. Dikandung maksud bahwa, mereka Tim Sukses atau simpatisan yang begitu sangat antipati dan bahkan menaruh sahwat untuk menghabisi Idhamsyah Tompo jikalau Basoka Solit menjadi Bupati, harus “Siap Menelan Kekecewaan.” Karena komitmen itu hanya berlaku di panggung-panggung kampanye tapi tidak berlaku setelah Sofyan memenangkan Pilkada dan memimpin daerah Balut. Artinya sikap Sofyan Kaepa dan Wenny Bukamo dalam memposisikan Idhamsyah Tompo sebagai orkestrator keuangan dan tata pemerintahan daerah adalah BETI (Beda Tipis).

Hipotesa ini bisa saja ditolak dan diragukan kebenarannya, tetapi untuk menguji sejauhmana akurasinya, apakah masa depan karir Idhamsyah dibirokrasi Balut akan suram di masa Basoka Solit, atau apakah Sofyan Kaepa berani menghentikan hegemoni Idhamsyah yang begitu dominan dalam pengambilan kebijakan di lingkup Pemda Balut sebagaimna sebagaimana diwacanakan oleh para tim sukses dan juru kampanyenya, kita tunggu saja. **(Persi/Rdk)

Berita Terkait