Oleh : Abubakar B. Yusuf
“Menciptakan Mahasiswa Yang Berkarakter Tuu-Tu, Memiliki Jiwa Montolutusan Yang Tinggi, Proaktif dan Bertanggungjawab dalam Mewujudkan Kebangkitan Lipu Banggai” (Pasal 4 AD Tujuan)
Semula saya bingung memulai tulisan ini darimana, begitu diminta oleh Langgong fathan untuk menulis opini refleksi 19 tahun KaMIMo Banggai untuk mengisi kolom opini media Alaimbelong.id. Ragu apakah saya bisa menulis tentang KaMIMo Banggai sebagaimana yang diharapkan, namun oleh Langgong fathan saya terus dimotivasi dan diyakinkan bahwa saya bisa menulis. Akhirnya saya coba menulis dengan memulai dari Tujuan KaMIMo Banggai.
Kerukunan Mahasiswa Indonesia Monolutusan Banggai (KaMIMo Banggai) merupakan organisasi kehamasiswaan berbasis budaya dan kearifan lokal Banggai, didirikan dengan nama awal Ikatan Mahasiswa Banggai Kepulauan (IMBK) pada tanggal 27 April 2003 di kampus Universitas Muhammadiyah Luwuk lalu kemudian pada perkembangannya bermetamorfosa menjadi KaMIMo Banggai sejak tahun 2014.
Metamorfosa dari IMBK menjadi KaMIMo Banggai merupakan penegasan visi dan misi organisasi ini sebagai suatu gerakan kebudayaan Banggai, bukan sekedar sebagai wadah kumpul-kumpul mahasiswa Pau Lipu-Mian Banggai di negeri rantau sebagaimana mindset dari latar belakang pendirian paguyuban kebanyakan.
Penegasan posisi dan konsep organisasi itu setidaknya dapat dilihat dari komitmen penegas tujuan KaMIMo Banggai, yaitu :
Pertama, sebagai wadah alternatif pencetak pemimpin Banggai yang sejati dengan konsep Tuu-Tu tukon Montolutusan, yang dijabarkan dalam gagasan ideologi organisasi yakni Totukon Sangkap (Moloyos doi Temeneno, Monikil doi Utus, Moliyos doi Kakabai, dan Monondok doi Bundu).
Kedua, sebagai medium artikulatif dalam mengatasi ketidakfahaman generasi muda Banggai khususnya di kalangan mahasiswa tentang akar sejarah dan nilai -nilai kebudayaan Banggai. Sehingga “Anak-anak Pulau” dari masa ke masa tumbuh dengan kesadaran kolegial yang rendah meskipun sehari-hari mereka senang mengucapkan slogan-slogan montolutusan. ketidakfahaman tentang akar sejarah peradaban dan nilai-nilai luhur filosofi kearifan Banggai inilah juga yang membuat tidak adanya kebanggan dari anak-anak Banggai tentang indentitasnya, bahkan banyak yang minder dengan personifikasi negatif “anak pulo, body bete” sehingga menyebabkan mereka malu-malu bahkan enggan mengakuii jati dirinya sebagai Orang Pulo.
Secara rinci perjuangan dan cita-cita organisasi KaMIMo Banggai dapat kita baca dalam untaian kalimat tujuan KaMIMo Banggai, dengan makna “menciptakan untuk mewujudkan” sebagai berikut :
1) Mahasiswa yang berkarakter Tuu-Tu, yaitu menciptakan mahasiswa yang berintegritas, teguh pada prinsip dan penuh optimisme dalam bersikap dan berikhtiar.
2) Mahasiswa yang Memiliki Jiwa Montolutusan yang Tinggi, yaitu menciptakan mahasiswa solider terhadap sesama manusia, teguh pada nilai-nilai solidaritas dan soliditas kebanggaian.
3) Mahasiswa yang Proaktif, yaitu menciptakan mahasiswa yang selalu merasa terpanggil untuk berpartisipasi aktif dalam setiap momentum pergerakan, sosial dan dan kemanusiaan.
4) Mahasiswa yang Bertanggungjawab, yaitu menciptakan mahasiswa yang konsisten pada garis perjuangan, sadar bahwa dipundaknya masa depan Banggai diamanahkan kelak.
Dari kesemua ikhtiar itu endingnya dimaksudkan untuk mewujudkan misi Kebangkitan Lipu Banggai. Tentu untuk menciptakan kualitas mahasiswa banggapi yang dipersiapkan sebagai pelopor Revolusi Banggapi menuju kebangkitan Lipu Banggai tersebut. Maka dua hal terus digiatkan dan disosialisasikan oleh KaMIMo Banggai, yaitu :
Pertama, Perkaderan secara simultan dan berjenjang menjadi mutlak dilakukan di KaMIMo Banggai, melalui kegiatan training kader tingkat pertama, Orientasi Kader Montolutusan atau Potolosan Tumbe (OKM/PT-I) dan latihan kader tingkat lanjutan, Prospek Kepemimpinan Montolutusan atau Potolosan Toongan (PKM/PT-II) sebagai ruang untuk mengideologisasi nilai-nilai Kebanggaian, dengan kurikulum pendidikan 60% tentang sejarah dan nilai-nilai kearifan Banggai.
Kedua, selain perkaderaan upaya-upaya pengakraban narasi-narasi kebanggaian sebagai identitas-identitas simbolik organisasi yang khas KaMIMo Banggai terus disosialisasikan, guna menciptakan kesadaran dan kebanggaan naratif atas identitas bahasa Banggai.
Itulah mengapa KaMIMo Banggai memperkenalkan sejumlah istilah Banggai sebagai identitas organisasi, yaitu seperti istilah Langgong, Piot, Tolos Oloyo Tosungan, Tolo Kabai, Tolo Pikil, Potolosan Tumbe, Potolosan Toongan, Totuukon Sangkap, Revolusi Banggapi dan Pupus Kokabus Kinantauan Temeneno na Loingiyo sebagai kalimat pamungkas surat/pidato serta istilah-istilah lainnya.
Hingga diusianya yang ke-19 tahun, KaMIMo Banggai terus berikhtiar mengelorakan semangat kebudayaan dan membumikan nilai-nilai kearifan Banggai, terus melakukan perkaderan, terus dengan bangga mencipta dan memperkenalkan diksi dan narasi-narasi kebanggaian ke khalayak umum, untuk menumbuhkan kesadaran ideologis dan kebanggaan akan tingginya filosofi hidup Pau Lipu Mian Banggai serta kayanya kosakata bahasa Banggai, karena itu patut kita bangga dan lestarikan bahasa kita ini.
Seluruh gagasan dan konsep yang terus diikhtiarkan itu, yang dimisikan utuk Kebangkitan Lipu Banggai tersebut. Menjadikan paradigma KaMIMo Banggai tidak bicara soal hal-hal yang remeh-temeh dan parsial seperti dikotomi administrasi wilayah, dengan mengedepankan ego kewilayahan di tengah slogan-slogan Montolutusan yang kosong dan paradoks. Menurut saya paradoks yang cukup memprihatikan dikala Montolutusan ingin dijadikan sebagai ideologi pemersatu tetapi disaat yang bersamaan ia sibuk dinarasikan secara dikotomis administratif antara Banggai Kepulauan dan Banggai Laut sebagai suatu yang berbeda, dengan menafikan ikatan-ikatan historial dan culturalnya sebagai suatu kesatuan identitas nation Banggai yang utuh dan hendak diperkenalkan dalam percakapan nasional bahkan dunia.
Karena itu setiap mereka yang berkader di KaMIMo Banggai, sejak memutuskan untuk berhimpun dan berproses telah berkomitmen untuk mewujudkan Kebangkitan Lipu Banggai, dengan cara belajar menjadi kader yang berkarakter Tuu-Tu, menjadi kader yang memiliki jiwa Montolutusan yang Tinggi (solidaritas dan soliditas kebanggaian tanpa ego dan sekat-sekat administrasi kewilayahan), menjadi kader yang proaktif dan bertanggungjawab dalam ikhtiar mewujudkan cita-cita kebangkitan Lipu Banggai.
Sebab komitmen atas tujuan organisasi itu, kemudian dipertegas dengan ikrar (sumpah) yang menjadi alasan mengapa kami (kader-red) berkamimo Banggai, sebagaimana ikrar itu terucap dalam lirik lagu Mars KaMIMo Banggai, yaitu “Demi Negeri tercinta Lipu Montolutusan Banggai, kami akan menjaga kerukunan, dan bersatu untuk berjuang bersama dan mengabdikan diri bersama kepada bumi leluhur Tanah Pusaka Banggai, dengan alasan cultural yang paling prinsip yakni karena KaMIMo Banggai sejati.
Akhirnya, sebagai Ketua Umum KaMIMo Banggai saya nenyeru dan berharap kepada Langgong,Piot, Utus kader KaMIMo Banggai sasaibino mari kita refleksi kembali visi-misi organisasi untuk bersungguh-sungguh mengikhtiarkan kebangkitan lipu banggai dengan menjadi kader yang bangga akan identitas kebanggaiannnya, serta menjadikan Totuukon Sangkap benar-benar hidup sebagai ideologi organisasi sekaligus ukuran seorang pemimpin Banggai yang sejati.
Tolos Oloyo Tosungan ko Songulo sio, Konda Pototongian KaMIMo Banggai. Pupus kokabus, kinantauan, Boliisi ko Temeneno na Loingiyo sidutu konda limang ndondok doi lipu papalan Banggai. (**)
Salakan, 27 April 2022
Penulis adalah Ketua Umum KaMIMo Banggai periode 2021-2022